Menikah muda atau menikah mapan ?
Menikah
muda atau menikah mapan ?
Saya ingin
menceritakan sedikit pengalaman kemarin saat pulang kerumah pas liburan. Banyak
teman-teman sepantaran saya ternyata sudah menikah, bahkan sudah memiliki buah
hati. Saya cukup terkejut karena teman
semasa kecil sudah mempunyai pendamping semua, padahal dilihat dari postur tubuh dan umur masih terlalu imut dan
sangat belia, sedangkan suami dari teman-teman saya rata-rata sudah berwajah
matang atau bahkan mungkin terpaut 10 tahun.
Memang umur
tidak menjadi tolak ukur seseorang itu menikah. Tapi melihat suami-suaminya
yang bekerja serabutan setiap hari membuat hatiku cukup tercubit, bahwa nikah
itu butuh persisapan yang matang. Terkadang yang sudah dipersiapkan dengan
matang saja masih banyak kendala. Ya karena setiap pernikahan pasti mempunyai
cobaan tersendiri.
Para pemuda
lebih memilih muda pasti mempunyai banyak alasan, salah satunya adalah dosa. Banyak
pasangan muda memutuskan untuk menikah dengan pertimbangan menghindari
dosa. Apakah benar agama memerintahkan
seperti itu? Banyak pendapat yang akhirnya harus ditilik ulang mengenai hal
ini. Agama memerintahkan seseorang untuk menikah pada saat seseorang sudah
siap, kesiapan disini adalah kesiapan secara menyeluruh, dan tidak ada agama
yang menyebutkan perintah untuh menikah agar terhindar dari perbuatan dosa.
Dalam Islam sendiri di jelaskan bahwa menikah itu harus dilakukan apabila
seseorang telah merasa siap dan apabila belum siap maka berpuasa-lah. Kalau
pembenaran ini yang kemudian digunakan sebagai alasan mengapa orang menyebutkan
bahwa menikah adalah untuk menghindari perbuatan dosa, rasanya terlalu dangkal.
Pada saat
kita menikah dengan alasan untuk menghindari perbuatan dosa, maka alasan utama
pernikahan yang akan berlangsung adalah nafsu. Mengapa demikian, karena mau
tidak mau kita harus mengakui menikah ataupun tidak menikah dosa itu tetap saja
dapat terjadi. Semua kembali kepada niat dan hati. Semurni apakah niat kita
untuk membentuk sebuah ikatan suci, sehingga nafsu bukan menjadi awal dasar
pemikiran untuk mengambil keputusan melaksanakannya.
Lalu alasan
yang kedua adalah orang tua, Logisnya adalah semua orang tua menginginkan yang
terbaik bagi putera dan puterinya. Apalagi pernikahan adalah sebuah ikatan yang
diharapkan tak berbatas waktu. Mereka ingin agar putera dan puterinya
mendapatkan kehidupan yang baik dan juga kebahagiaan setelah menikah. Serta
tidak menjadi beban bagi keluarganya tentunya. Ini semua terlepas dari usia
berapakah mereka akan melepaskan puter puterinya tersebut ke pintu gerbang
pernikahan.
Alasan yang
ketiga adalah mental. Mungkin ini yang benar-benar perlu disiapkan dan
dipertimbangkan secara matang. Mau tidak mau, diakui atau tidak, mental
orang-orang muda masih jauh dari stabil. Banyak memang hal-hal positif dari
keadaan mental yang dinamis ini.
Maka dari
itu masalah tentang pernikahan memang bukan hal main dan juga bukan sebuah
permainan yang bisa dapat dipermainkan oleh semua orang. Ketika mencari
pasangan jangan hanya mengandalkan rasa cinta saja yang menyababkan buta mata,
hati dan telinga. Pernikahan adalah suatu ikatan suci, ibadah yangpaling
dibenci oleh syaiton karena pernikahan adalah ibadah yang paling lama disbanding
dengan ibadah yang lain. Boleh menikah muda tapi jangan lupa sertakan kriteria
yang dapat menunjang masa depanmu dan anak-anakmu. Jangan sampai ada kata
menyesal dikemudian hari akibat nikah muda. Dan yang mempunyai keinginan
berkarir dulu atau bisa disebut mapan jangan terlalu terlena sehingga lupa
memiliki pasangan hidup, karena banyak yang mengejar karir sampai takut ingin
menjalin hubungan.
Komentar
Posting Komentar