Anggapan Pendidikan tidak penting menjadi penyebab kemiskinan di Negara Indonesia


 

Anggapan Pendidikan tidak penting menjadi penyebab kemiskinan di Negara Indonesia

 

Menurut Badan Pusat Statistik Jumlah penduduk miskin pada September 2021 sebesar 26,50 juta orang. Persentase penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14 persen, menurun 0,05 persen poin terhadap September 2020 dan meningkat 0,36 persen poin terhadap Maret 2020.

Menurut Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelatianingsih, salah satu penyebab tingginya kemiskinan ialah faktor structural atau masyarakat yang tidak ingin berkembang mengubah nasib melalui pendidikan. Sebagian masyarakata masih menilai bahwa pendidikan itu bukan bagian terpenting untuk mengurangi kemiskinan.

Pernah kita dengar bahwa keluarga miskin akan melahirkan generasi yang tak kalah miskinnya. Sebagaimana dijelaskan disiplin ilmu social bahwa kemiskinan selalu berada pada titik garis lurus dengan rendahnya pendidikan. Dapat disimpulkan jika disuatu daerah pendudukanya masih hidup dalam garis kemiskinan, maka bisa dipanstikan bahwa dessa tersebut mengabaikan pentingnya  pendidikan.

Salah satu penyebab utama tingginya kemiskinan di Indonesia ialah masyarakat struktural (Masyarakat yang sukar merubah hidupnya melalui pendidikan). Lalu betapa kuatnya pemikiran “Local wisdom”. Seperti beranggapan bahwa  jika banyak anak banyak rezeki, perempuan sekolah setinggi apapun tugasnya hanya beradadi ranjang dan dapur. Orang tua lebih memilih anaknya untuk membantu pekerjaannya dari pada harus sekolah. Hal seperti itu yang masih kita temui dimasyarakat structural khususnya di pedesaan.

Tanpa disadari problematika rantai kemiskinan yang menjerat masyarakat struktural. Artinya ada suatu keadaan dimana seseorang itu tidak bisa terlepas dari jerat kemiskinan seumur hidupnya.  Persoalan lain yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana sistem pendidikan yang kita punya sehingga gagal mengangkat harkat manusian untuk hidup lebih baik ?

Pendidikan di Indonesia masih jauh dari system thinking (Cara memandang sesuatu sebagai keseluruhan, dimana bagian-bagiannya saling berhubungan )  dan keluwesan proses belajar nonkognitif ( pengukuran psikologis seseorang yang ditujukan untuk mengukur karakteristik yang dimiliki setiap individu atau objek yang bersifat psikologis). Selama ini sekolah menjadi sebuah lembaga otoritas yang dipercaya masyarakat dapat merubah nasib manusia. Tidak adanya monitoring yang pasti dalam pendidikan menyebabkan tertundanya cita-cita mengentskan kemiskinan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikah muda atau menikah mapan ?

PERAN GIZI DAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT